Sunday, August 2, 2009

The Year Of My True Identity/ Tahun Identitas Asli Saya

Sahabatku yang hatinya baik, Bayangkanlah ini dengan kesungguhan untuk menjadikannya kenyataan yang memuliakanmu dan memuliakan sebanyak mungkin saudaramu. Bila ada jiwa yang sedang terbingungkan oleh dirinya sendiri yang seperti tidak pernah berketetapan menjadi pribadi yang kuat, dan dia bertanya kepadamu tentang dirinya, nasehatkanlah ini kepadanya.

Engkau datang kepada ku dengan pertanyaan

Siapakah aku?

Dalam diam ku, aku tahu engkau bertanya-tanya melihat senyumku, tetapi seharusnya engkau merasa damai bila engkau mengerti seberapa besarnya kasihku kepadamu. Sadarkah engkau bahwa aku bukanlah diri yang hidup cukup lama di dalam dirimu itu, untuk ku mengenal dan mengetahui tentang mu yang memantaskan ku untuk menjawab pertanyaanmu itu? Dengarkanlah ini dengan mendamaikan dirimu sendiri. Aku tidak tahu engkau siapa, tetapi ini yang bisa ku katakan kepadamu, Bahwa Pertanyaanmu mengenai siapakah engkau adalah ungkapan keletihanmu dengan pribadi yang belum membanggakan bagimu itu.
Adikku yang terkasih, ketahuilah bahwa Kita semua tumbuh dari ketiadaan, menuju ke kemuliaan. Kita tumbuh dari ketiadaan wujud, ketiadaan nama, dan dari ketiadaan kehadiran.

Maka marilah kita mulai dari wujud mu. Identitas dasar dari dirimu ada dalam wujudmu. Yang kau mengerti sebagai wujudmu itu sering kau sederhanakan hanya sebagai bentuk, ukuran, berat, dan warnanya saja; tetapi sebenarnya, dirimu lebih ada, lebih bernama, dan lebih hadir dari yang bisa kau mengerti.

Aku tak ingin membingungkanmu, tetapi dengarlah pengandaian ini:
Seandainya engkau bisa melihat jiwa-jiwa suci yang ditugaskan untuk menjaga dan membimbingmu untuk menjadikanmu sebagaimana seharusnya engkau menjadi, engkau tidak akan berlaku seperti yang tidak sedang disaksikan itu. Yakinilah itu, dan engkau akan berlaku dalam sebaik-baiknya kelakuan. Dengannya, engkau akan tumbuh, bergerak menuju diri mulia mu yang selama ini tersuramkan oleh perilaku hati, perilaku pikiran, dan perilaku badanmu yang membuat jiwa-jiwa suci pendampingmu itu malu.

Tetapi, untuk sekarang cukupkanlah kesadaran mengenai pendampingmu itu sebagai pengetahuanmu saja, dan Berlakulah dengan kesadaran bahwa engkau sedang dalam pengawasan. Ya, engkau selalu dalam pengawasan. Tetapi, mengapakah aku memberitahumu mengenai hal ini?

Bukankah engkau yang sering mengatakan kepadaku

bahwa Tuhan Maha Mengetahui?
bahwa Tuhan Maha Menyaksikan?

dan bahwa Tuhan mengetahui dan menyaksikan semua yang kita lakukan?
Tetapi, mengapakah sering tanpa ragu engkau hadirkan dirimu dalam
seburuk-buruknya perilaku dalam penyaksian Tuhan? Apakah engkau akan
melakukan banyak hal yang kau lakukan dalam penyaksian Tuhan itu,
di depan tetangga mu, yang bahkan tidak kau hormati itu?

Lalu, apakah yang terjadi dengan rasa hormatmu kepada Tuhan?

Sahabatku yang baik, Bila engkau menghormati Tuhan, tidak mungkin engkau berlaku yang menjadikanmu tidak menghormati dirimu sendiri.

Maka wajar bila engkau bertanya kepadaku,
Siapakah aku?

karena engkau terbingungkan oleh diri yang melakukan yang diketahuinya
tidak pantas baginya untuk melakukan.
Bila engkau sudah menerima ini, kita bisa sekarang naik ke anak tangga
pengertian berikutnya.
… anak tangga pengertian berikutnya …

Apakah engkau melihat keindahan dari selarik kata-kata itu?
… anak tangga pengertian …
Ya …

Kita naik dalam kehidupan ini, dalam derajat yang bertingkat-tingkat, Dan
derajat-derajat itu kau capai melalui tingkat-tingkat dari pengertianmu.
Semakin engkau mengerti, semakin engkau berderajat, karena engkau tidak mungkin berlaku yang bertentangan dengan yang kau mengerti. Maka ketahuilah ini, Siapapun yang berlaku bertentangan dengan yang dimengertinya, adalah orang yang belum benar-benar mengerti.

Sekarang, sudahkah engkau mengerti mengapa aku selalu tersenyum kepadamu?

Aku tersenyum,
karena aku melihat dirimu dari tempat yang memungkinkan ku melihat
kenaikan derajatmu bila engkau percaya.

Aku tersenyum,
karena aku melihat kebaikan dalam dirimu yang sedang kau biarkan kalah di
bawah kepentinganmu yang tidak penting.

Aku tersenyum,
karena aku melihat bagaimana engkau tersiksa karena kekesalanmu
terhadap dirimu sendiri yang sering berlaku palsu.

Lebar senyumku,
karena mendengar mu berjanji tidak akan berlaku sombong, tetapi
mengatakannya dengan kalimat-kalimat seseorang yang angkuh.

Lucu senyumku,
karena mendengar kesediaanmu untuk memaafkan orang lain dengan kesungguhan untuk memastikan bahwa mereka tahu hanya engkau yang benar.

Haru senyumku,
karena melihat upayamu untuk mendapatkan kasih sayang dengan cara-cara yang mengusir kasih sayang. Dan semua kesabaran dalam senyumku itu ada, karena aku sedang menanti saat dimana engkau berlaku tegas untuk menjadi pribadi yang baru.

Ya …,
aku mendengar keraguanmu itu … Engkau dan aku tahu bahwa pribadi yang baru itu tidak pernah bebas untuk menjadi betul-betul baru, karena akan selalu ada sisa-sisa dari kenyamananmu dalam cara-cara yang lama itu yang mencoba memasuki ruang-ruang indah dari pembaruan dirimu.

Tetapi ini yang harus kau mengerti, bahwa Pribadi apapun yang mengupayakan perbaikan adalah sudah baru. Siapapun yang menginginkan dirinya menjadi baik, sudah menjadi orang baik.

Kebaruanmu bukan datang karena engkau telah meninggalkan semua diri lama mu.
Kebaruanmu dimulai dari niatmu untuk menjadi pribadi baru.
dan Kesungguhanmu dinilai dari yang betul-betul engkau lakukan.
Adikku yang sahabat baik hatiku,
sekarang marilah kita kenali dirimu sebagai sebuah wujud.

No comments:

Post a Comment